Aku memang bukan anggota organisasi pecinta alam, tapi naluri selalu mengajakku untuk masuk kedalam dunia itu, dunia petualang yang penuh tantangan. Sempat hendak mengikuti sebuah organisasi pecinta alam saat aku masuk SMA, namun karena tidak ada teman yang mau diajak mendaftar bersama maka aku urungkan niat tersebut (aku belum punya banyak teman kala itu). Saat itu aku baru saja pindah ke Bogor dari sebuah desa kecil di kaki gunung salak, tepatnya di kampung pondokkaso kec. Cidahu, kab. Sukabumi. Aku sebenarnya asli kelahiran Bogor, namun sejak berusia tujuh tahun aku tumbuh dan berkembang di desa itu bersama keluarga besarku, namun setelah lulus SMP aku kembali ke kota bogor untuk melanjutkan pendidikan.
Cidahu, ya! desa itu akan selalu teringat dalam benakku, sebuah desa yang asri dengan segala kekayaan alam yang dimilikinya. Mata air berlimpah, sawah membentang luas, dan sungai yang mengalir indah. Desa ini mengajarkan banyak hal yang membuatku mencintai alam. Setiap minggu aku bermain sepak bola disebuah lapangan terbuka dengan berlatarkan sawah dan gunung salak, setelah letih bermain, nyiur angin pesawahan menerpa tubuh seraya menyeka keringatku. Aliran sungai mengalir dari hulu ke hilir beriak saling bersahutan, aku melangkahkan kaki menyusuri bebatuan sungai mencari sebongkah tanah liat, untuk sekedar dijadikan patung mainan. Banyak hal telah kulakukan didesa ini, mulai dari menggembala kerbau hingga bermain arung jeram walau hanya dengan potongan pelepah pisang.
Tapi sayang, sekarang, saat ini, dan seterusnya desaku tak bisa se-asri dulu. Sebagian besar lahan pesawahan telah berganti menjadi pabrik-pabrik besar yang menghancurkan segala keindahan.
Terimakasih telah membaca prolog yang penting tidak penting di atas, mari kembali menuju topik utama, "ini semeruku, mana semeru mu?"
View Semeru dari Jambangan |
Menurut Wikipedia, gunung Semeru atau Sumeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko. Posisi gunung ini terletak di antara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55' BT.
Sebelumnya tak pernah terbesit asa untuk mendaki daratan tertinggi dipulau jawa ini, hingga suatu saat aku membaca novel karya Donny Dhirgantoro dengan judul “5 Cm” keinginan itu mulai muncul, namun kupendam dalam hati semua hasrat itu, aku tetap tidak berambisi untuk mendaki gunung semeru. Sebagai seorang mahasiswa yang berada dalam keluarga menengah kebawah tentu masalah ekonomi yang menutupi segala keinginan tersebut. Membutuhkan uang yang tak sedikit untuk mencapai gunung itu. Namun aku percaya, Tuhan menciptakan keindahan bukan untuk si kaya, namun untuk semua orang yang mau berusaha.
Saat aku duduk di semester 6 (smester akhir program diploma yg aku tempuh), tepatnya setelah melakukan pendakian Gn. Pangrango banyak temanku yang mengajakku untuk pergi ke semeru setelah lulus sidang nanti. Mulai saat itu aku terus berusaha untuk mencari uang untuk pergi menuju semeru. Berjualan pulsa, jual-beli carrier online, hingga mengajar les private siswa SMP aku jalani. Hingga saatnya uangku mencukupi untuk melakukan pendakian itu. Temanku yang berasal dari padang sudah berencana mendaki semeru pada awal bulan juni 2012 ini, aku berkeinginan sekali untuk ikut dengan mereka. Namun karena suatu hal, mereka batal berangkat karena beberapa dari mereka belum rampung mengerjakan tugas akhir dan akhirnya uang yang kumiliki ku pakai untuk berpetualang menuju Green Canyon, Pangandaran.
Waktu terus berputar, jalan menuju semeru kembali terbuka. Aku ditawarkan menjadi asisten dosen (ASDOS) oleh dosen pembimbingku, akupun menerima tawaran tersebut untuk menambah pundi-pundi tabunganku. Singkat cerita, akupun berkenalan dengan seorang penjaga toko alat-alat outdoor dikota Bogor. Hubungan yang awalnya hanya jual-beli menjadi lebih dekat saat mengetahui bahwa ia adalah teman dari teman ku juga. Menjaga toko hanya sampingan saja, ia merupakan seorang mahasiswa dan juga anggota dari FPTI (federasi panjat tebing indonesia). Suatu ketika ia menawarkan ajakan mendaki semeru pada H+1 libur lebaran 1433 h, aku dan teman ku menyambut positif ajakan itu dengan syarat keberangkatan diubah menjadi H+3. Karena padatnya arus mudik kala itu, membuat kami hampir batal mendaki semeru karena tiket kereta menuju malang dinyatakan habis untuk beberapa waktu kedepan. Tapi tuhan memang selalu memberikan jalan untuk hambanya yang slalu berusaha, akhirnya kami dapat 7 (tujuh) helai tiket ekonomi menggunakan KA MATARMAJA menuju malang tepat pada H+8 lebaran. Tiket tersebut didapat dari loket resmi PT.KAI di St.Senen. Tiket tersebut atas nama aku (Imam), Resti, Nurul, Rian, Fahmi, Atar dan Mieke. lima orang pria dan dua wanita ini siap mendaki Gn. Semeru.
Bulan puasa menandakan semakin dekatnya keberangkatanku kekota malang menuju semeru, walaupun sedang berpuasa tidak menghambat kami untuk mempersiapkan fisik menuju semeru, jogging disore hari menjadi pilihan terbaik saat itu. Selain fisik kamipun menyiapkan peralatan yang akan kami bawa. Semakin hari semakin dekat waktu keberangkatan. Fisik dan logistic semakin siap dan lengkap. Namun satu persatu anggota mulai membatalkan keberangkatan mereka karena urusan pekerjaan. Fatalnya satu orang yang mengajak kami, yang merupakan satu-satunya orang yang pernah dan mengetahui jalur semeru mengundurkan diri dari pendakian ini dengan alasan yang sama yaitu pekerjaan. Tersisalah 3 (tiga) orang dalam rombongan kami aku, Resty, dan nunu (nurul), yap satu pria dan dua wanita. DAMN kejadian ini memukul mental kami, hampir saja petualangan ini kami batalkan. Namun setelah melihat perjuangan hingga mencapai titik kesiapan fisik dan logistic maka kini saatnya kami kuatkan mental, kemudian aku berucap akan tetap mendaki walau hanya satu orang. Akhirnya resty dan nunu pun membulatkan tekadnya untuk ikut bersamaku.
Minggu 26 Agustus 2012
Pukul 13.00 aku pergi mennuju toko outdoor untuk membeli matras yang ternyata kurang 1 dan kompor parafin yang hendak ku jadikan alas untuk kompor spirtus buatan ku, sedangkan nunu membeli glove, setelah itu aku menitipkan matras yang ku beli kepada nunu untuk dibawa kerumah resty yang tidak jauh dari rumahnya. Setelah itu aku berbelanja logistik pribadi disebuah pusat perbelanjaan hingga waktu menunjukan pukul 15.30, aku langsung pulang kerumah dan packing kembali barang-barang yang akan dibawa. Pukul 19.00 aku kembali mengeluarkan sepeda motor untuk mengambil tiket yang ada di saudara Rian yang sedang berada di lapangan sempur, setelah itu bergegas menuju warung jambu untuk meminjam head lamp milik Fahmy. Baru saja meninggalkan rumah, ban depan sepeda motorku bocor. Hal itu membuatku harus memutar balik kerumah untuk menukarkan motor karena kebetulan belum jauh dari rumahku, akupun berangkat kembali menggunakan motor ayahku. Entah terlalu cape atau apa malam itu badan terasa hangat seakan hendak jatuh sakit. namun kubuang jauh-jauh sugesti itu dan meyakinkan diri sendiri bahwa aku dalam kondisi fit.
Senin 27 Agustus 2012
KA Matarmaja |
Tepat pukul 08.15 aku mulai meninggalkan rumah menuju St.Bogor menggunakan angkutan kota, pukul 9.00 aku tiba di stasiun disusul oleh Resti dan Nunu 30 menit kemudian. Karena masih dalam suasana arus balik lebaran, kereta commuter line dikabarkan tidak berhenti di stasiun besar seperti gambir dan pasar senen, maka dari itu kami menaiki kereta tujuan jakarta kota untuk turun di stasiun juanda dengan harga tiket Rp 7.000/org. Dari St.juanda kami melanjutkan perjalanan menggunakan jasa Bus Trans Jakarta menuju Ps.senen. Sungguh merepotkan membawa carier yang berat ini masuk busway, terlebih kita harus transit dulu di shelter harmony Rp. 3500/org kami keluarkan untuk menggunakan angkutan ini. Sekitar pukul 12.15 kami tiba di Shelter Senen dan lanjut jalan kaki menuju Stasiun Pasar Senen ditemani oleh Derry (Pacarnya nunu pada waktu itu dan sekarang sudah berganti status menjadi MANTAN'y Nunu) yang sudah menunggu di shelter busway. Pukul 13.40 kami sudah berada di dalam rangkaian kereta. Sebelum kereta berangkat aku beristirahat diluar gerbong untuk sekedar mencari angin, disitu aku bertemu dan berbincang dengan beberapa penumpang yang ternyata hendak mendaki semeru juga. Pukul 14.05 Keretapun beranjak meninggalkan kota Jakarta, dalam rangkaian kerata pada saat itu banyak juga para pendaki yang hendak melakukan pendakian di jawa timur bahkan NTB, akupun berkenalan bersama 3 orang asal Palembang dan 6 orang asal Bogor yang akan mendaki semeru. sekitar pukul 17.50 kami sudah berada diatas tanah Cirebon, dan perut mulai berisik karena baru diisi sedikit pagi tadi. Kamipun membeli nasi bungkus yang ditawarkan pedagang di stasiun Cirebon dengan harga Rp.7000/bungkus dengan lauk sepotong ayam. kamipun makan bersamaan dengan Nunu yang berbuka puasa hari itu. Kereta terus melaju, bosan mulai melanda kegiatan yang dilakukan hanya tidur melek tidur melek. Pedagang asongan hilir mudik menawarkan aneka makanan, mungkin sedikit mengganggu waktu istirahat kita, namun disisi lain kita membutuhkan mereka untuk sekedar minum dan membeli camilan.
Selasa 28 Agustus 2012
Sekitar pukul 08.30 Kereta kami tiba di stasiun Malang Kotabaru. Kami bertiga dan enam orang teman sekota yang kami kenal kemarin (Deden, Gery, Dea, Dei, Gebol dan si bungsu Ciwa) langsung menuju loket pemesanan tiket untuk pulang. "Tiket KA.Matarmaja habis sampai tanggal 13 September" pengumuman itu tertera di loket pembelian tiket, kamipun masuk kebagian custumer service untuk menanyakan tiket jakarta. Akhirnya kami mendapatka 9 (sembilan) helai tiket tujuan jakarta dari Surabaya seharga Rp.145.000/tiket menggunakan KA GAYA BARU MALANG (kelas Ekonomi AC) mau tak mau harus kami beli karena jika menggunakan bus sekitar Rp 250rb. Pukul 9.30 Kamipun melanjutkan perjalanan menuju pasar tumpang dengan menyewa angkot seharga Rp. 9000/orang. angkot ini diisi oleh kami bersembilan ditambah 3 orang palembang dan 1 orang lagi (Fuad). Setelah berjalan menyusuri kota malang, sekitar pukul 10.20 kami tiba di Pasar tumpang. Kami ber-10 mencari jeep sedangkan 3 orang rombongan palembang menunggu supir truk sayur kenalan mereka untuk beristirahat terlebihdahulu dirumah pemilik truk.
Sekitar pukul 14.00 kami tiba di desa ranupani dan mendaftarkan diri untuk melakukan pendakian dengan persyaratan KTP dan Surat kesehatan yang semua dibuat 2 rangkap.
setelah mendapat SIMAKSI kamipun shalat di mushala dekat resort ranupani, ganti kostum, kemudian packing ulang. Rombongan bogor itu belakangan diketahui alumni KAMPALA SMA 4 Bogor, hanya 1 orang yang masih duduk dibangku SMA yaitu ciwa. merekapun menunggu kami dan melakukan start bersama sekitar pukul 14.40.
Beratnya beban membuat kami sedikit lamban dibanding mereka, mereka berkali-kali menunggu kami yang membuat kami merasa menjadi penghambat mereka. jalur menuju pos-1 cukup landai namun berkelok-kelok, jalur yang tersedia sedikit sempit sehingga harus ada yang berhenti ketika kita berpapasan dengan pendaki dari arah berlawanan. kita berjalan mengitari pinggiran bukit dengan jurang menganga disebelah kiri kita. Setelah lama berjalan, tibalah di sebuah bangunan hijau yang menandakan pos-1, waktu menunjukan pukul 15.50 saat itu. Rombongan Kampala ku persilahkan pergi terlebih dahulu menuju ranu kumbolo karena kami memang berniat berjalan santai yang penting sampai, Merekapun bergegas berjalan terlebih dahulu.
tidak banyak perbedaan jalur dari pos-1 menuju pos-2 yang lumayan cukup dekat, hanya berselang 30 menit perjalanan kami tiba di pos 2 dan kembali ber foto.
setelah mendapat SIMAKSI kamipun shalat di mushala dekat resort ranupani, ganti kostum, kemudian packing ulang. Rombongan bogor itu belakangan diketahui alumni KAMPALA SMA 4 Bogor, hanya 1 orang yang masih duduk dibangku SMA yaitu ciwa. merekapun menunggu kami dan melakukan start bersama sekitar pukul 14.40.
Imam di Pos-1 |
Beratnya beban membuat kami sedikit lamban dibanding mereka, mereka berkali-kali menunggu kami yang membuat kami merasa menjadi penghambat mereka. jalur menuju pos-1 cukup landai namun berkelok-kelok, jalur yang tersedia sedikit sempit sehingga harus ada yang berhenti ketika kita berpapasan dengan pendaki dari arah berlawanan. kita berjalan mengitari pinggiran bukit dengan jurang menganga disebelah kiri kita. Setelah lama berjalan, tibalah di sebuah bangunan hijau yang menandakan pos-1, waktu menunjukan pukul 15.50 saat itu. Rombongan Kampala ku persilahkan pergi terlebih dahulu menuju ranu kumbolo karena kami memang berniat berjalan santai yang penting sampai, Merekapun bergegas berjalan terlebih dahulu.
tidak banyak perbedaan jalur dari pos-1 menuju pos-2 yang lumayan cukup dekat, hanya berselang 30 menit perjalanan kami tiba di pos 2 dan kembali ber foto.
Resti + Nunu + Kulkas Imam |
perjalanan kembali kami lanjutkan, 10 menit meninggalkan pos 2 kami disuguhkan indahnya tebing yang dikenal dengan watu rejeng. Tebing yang terlihat berada di sebrang jurang itu lama kelamaan berada persis disebelah kanan kita yang artinya kita berjalan memutar tebing. kami berjalan beriringan, aku tidak berani meninggalkan Resty dan Nunu karena hari sudah semakin sore dan tampaknya kami adalah rombongan terakhir pendaki yang naik pada sore itu, sebab tidak kami temukan tanda-tanda adanya pendaki dibelakang kami. walaupun sering berhenti untuk sekedar menghela nafas akhirnya kami tiba di pos-3 sekitar pukul 18.00, pos ini sudah rubuh dan dibalik pos-3 ternyata rombongan kampala sengaja menunggu kami. Alangkah baik hatinya mereka, entah mereka menunggu berapa jam disana. Waktu terus berjalan, langitpun mulai gelap headlamp dan senter kami keluarkan karna jalan sudah mulai tak terlihat. dari sini kami ber-10 berjalan beriringan. jalan mulai terjal karena memang membelah bukit, setelah beberapa menit berjalan menanjak akhirnya dibalik bukit terlihat samar-samar cahaya dari kejauhan, cahaya tersebut aku yakin adalah cahaya perkemahan ranukumbolo. Langkah kembali bersemangat, terus menyusuri pinggiran bukit dengan jalur sedikit menurun beberapa tenda terlihat dibawah kami, mereka pendaki yang memilih berkemah di sisi timur ranukumbolo. kami terus berjalan ke arah barat menuju titik perkemahan ranukumbolo yang tepat berada di depan tanjakan cinta, karena dari situ pemandangan sunrise dipagi hari sangat indah. setelah menuruni bukit dan bisa menyentuh air ranukumbolo kami kembali harus menaiki bukit dan menyusuri lereng hingga mencapai tempat strategis di sudut ranukumbolo. Resti memanggilku dan bilang kakinya sakit seperti waktu jogging disempur, akhirnya kami bertiga beristirahat sejenak dan mempersilahkan Kampala berkemah terlebih dahulu. cukup jauh jalan yang kami tempuh menuju titik cahaya tersebut, cahaya yang seakan dekat dalam pekatnya kegelapan ternyata membutuhkan waktu yang lama untuk mencapainya. dan akhirnya kami sampai di ranukumbolo sekitar pukul 07.30 setibanya disana kami segera membangun tenda dan memasak untuk makan malam. setelah makan dan minum yang hangat-hangat saya bergegas mengambil wudhu dengan air ranukumbolo yang super dingin dan kemudian bergegas shalat magrib + isya.
Ngaso @ranukumbolo |
Ranukumbolo |
setelah selesai menunaikan kewajiban kamipun beristirahat didalam tenda.
bersambung ke ... semeru ku bahagian 2
kabita
BalasHapusberangkat om, pasti ga bakal nyesel..
BalasHapussiap..lagi nabung dulu,sma nyari waktunya,maklum kuli,jdi rada susah nyari waktunya..
BalasHapusAda rencana kesana lagi ga bang?
ada sih temen yg kmaren batal ngotot minta ditemenin, tp saya lg cari kerja dulu, mas masih mending udah kerja, saya pengangguran hehe
BalasHapusudah folow-folowan ini ntar kalo mau naik pasti nge tweet
keren bang keren :)
BalasHapusmbaknya dari mana??
BalasHapusmbaknya dari mana???
BalasHapushey all, i'am come back again righnow..
BalasHapus