Jumat, 21 September 2012

Dari gunung turun ke kota

lanjutan dari mahameru ranukumbolo

Tanggal 31 Agustus 2012


di Bekukan ranukumbolo

Pukul 05.00 aku bangun dan bergegas keluar dari tenda dan berjalan menuju MCK kumuh yang tersedia disana. Ketika hendak menggunakan sandal gunungku aku terkaget karena sandal itu kaku menyebabkan kakiku tidak dapat menggunakannya, setelah ku lihat dari dekat ternyata sandal itu telah dibekukan oleh dinginnya ranukumbolo, begitupula sepatuku yang tidak tertutup sempurna oleh coverbag menyebabkan ujung sepatuku membeku.
Setelah menabung akupun kembali kedepan tenda dan memasak air, 20 menit berselang minuman hangat pun tersaji. Waktu menunjukan pukul 05.30 garis kuning kemerahan menandakan matahari akan segera menampakkan diri, akupun menggambil SLR dari dalam tenda dan membangunkan mereka yang masih enggan terjaga. Ranukumbolo kembali ramai, para pendaki mulai bemunculan dari dalam tendanya, pagi ini matahari muncul tidak tepat di tengah-tengah himpitan bukit, sedikit melebar ke arah tenggara, hal ini menyebabkan ricuh orang-orang yang menantikan keindahan sunrise, mereka yang menanti di tepat di tengah-tengah akhirnya berlarian kesebelah kiri karena dari sini matahari sudah mulai terlihat. 

   


 sekitar pukul 6.00 pagi barulah seisi tenda keluar dari persembunyiannya, terlebih nunu yang bersembunyi dibalik tenda dari kemarin setibanya di ranukumbolo tidak keluar-keluar, setelah berfoto-foto acara selanjutnya adalah memasak, makan besar kami pagi itu semua sisa bahan makanan dimasak dengan tujuan meringankan beban, tapi hal itu menyebabkan banyak makanan tidak termakan karena kekenyangan hehehe. 

Usai memasak, saya langsung bergegas membawa perabotan masak yang kotor untuk dicuci sementara aku mencuci resty dan nunu memasak air (tega yah mereka, udah bawaan paling berat masih disuruh nyuci nesting sama piring juga), saat itu akupun sekalian mencuci sarung tangan ku dan juga mencuci (apa namanya yah? lupa yang kupakai sebagai bandana terkadang jadi masker juga, pokoknya itulah yang biru-biru) karena kotor dan berdebu, setelah semua selesai kujemur diatas tenda karena matahari sudah mulai terik. Acara selanjutnya santai menikmati indahnya ranukumbolo namun lama-kelamaan sengatan matahari ranukumbolo panas juga dan akhirnya kami memutuskan untuk packing yang super lama (kelamaan mikir katanyamah diriku, sampe di record video sama resty).

Packing !!
begaya dulu
with KAMPALA



snapshoot
Sekitar pukul 10.30 setelah berfoto foto di ranukumbolo akhirnya kami bertiga meninggalkan ranukumbolo, menyusuri bukit disamping ranukumbolo dengan trek menanjak dan berdebu, ada beberapa rombongan yang  start bersamaan dari ranukumbolo menuju ranupani, salah satunya rombongan mas Yohan asal Surabaya. dijalur ini terlihat mahameru mengintip dari balik bukit, dan menyadarkan kami bahwa jalur pendakian di gunung semeru itu memutar-mutar perbukitan.


 

Perjalanan pulang tidak terlalu melelahkan, tapi tetap lama juga kami berjalan menuju ranupani, jalur pendakian semeru yang sempit membuat kami harus memberikan jalan kepada para pendaki yang berjalan dari arah berlawanan, tidak cuma satu atau dua pendaki yang kami persilahkan bahkan satukali berhenti bisa mempersilahkan 5 sampai 10 orang, sebab hari itu ternyata ada pendakian bersama terlihat dari seragam yang mereka kenakan. Aku melihat ada 2 atau 3 baju seragam yang berbeda-beda. selain mereka banyak juga turis asing yang mendaki semeru bersama keluarga kecil mereka. sepertinya malam ini ranukumbolo akan seperti perkemahan persami pramuka bahkan seperti tempat penampungan bencana, untung saja kami sudah turun. terus berjalan melalui jalur sempit, salip menyalip dengan rombongan mas Yohan, dari pos 3 sampai pos 2 aku berjalan berdua bersama mas yohan sambil berbincang-bincang. Ternyata mas yohan yang berusia sekitar 24 tahun itu sudah 3 kali naik semeru dan baru kali ini merasakan indahnya puncak mahameru, bertapa bersyukurnya aku yang baru pertama kesana sudah diberikan kesempatan menjajaki mahameru. Dari pos 2 mendekati pos 1 rombongan kampala yang turun mungkin 2 jam setelah kami sudah menyalip kami satu persatu, dekat pos 1 gery melewatiku sambil berlari. dari pos 1 memang ada jalur sort cut yang memang benar2 memotong jalur, tapi aku tetap berjalan di rute yang seharusnya karena males berjumpa tanjakan. Akhirnya aku tiba di jalur awal pendakian pada pukul 14.00, tiga orang rombongan mas yohan langsung menuju kantor ranu pani sedangkan aku duduk2 di gapura selamat datang, niatnya mau nunggu resty sama nunu, tapi ada kejadian yang membuat aku lebih memilih melanjutkan perjalanan.
begini ceritanya:
Singkat cerita aku duduk digapura selamat datang karena memang lelah dan hendak menunggu resty, datang 2 orang pemuda dengan motor absolute revo dan mengenakan helm, awal mula mereka hanya menanyakan jalan
"mas ini jalan semeru ya?, kalo lurus kesana bisa ke bromo?" tanya dia sambil menyapa.
"iya bisa, lurus saja nanti ada pertigaan ambil kanan kalo dari sini" jawabku.
merekapun pergi dengan mengucap terimakasih.

tapi mereka yang berjalan menuju kantor ranu pani kembali memutar balik ke arahku dan bertanya-tanya lagi.
"mas itu temannya?" tanya mereka menunjuk 3 orang rombongan mas yohan yang hanya terlihat carriernya saja
"bukan, mereka dari surabaya. aku dari bogor" jawabku, dan jreeeeeeeng, satu dari mereka turun dari motor, saat itu motor mereka berhenti agak jauh dari tempat ku duduk.
"satu hari nyampe mas ke semeru?" tanya dia kembali yang saya pikir udah ngawur
"lah mana bisa, harus sekitar 3 hari" jawabku sambil terheran dengan pertanyaan aneh itu.
diapun melangkah mendekat perlahan sambil bertanya ngawur. Akupun melihat kearah mereka, motornya ternyata tak ber plat nomor.
"mana mungkin mereka orang jauh yang tidak tahu jalan, wong motornya tak berplat nomor, mereka pasti warga sekitar sini" ucapku dalam hati
 Refleks aku buka pisau lipatku yang kebetulan hanya ku simpan di luar tas selempang ku dan berpura-pura membersihkan kuku hal itu membuat dia berhenti dan menoleh kepada temannya dibelakang yang sedang menjaga motor. Akupun mulai beranjak dari duduk dan berdiri, kebetulan ada satu pendaki yang lewat juga dan akupun berjalan menuju kantor ranupani dengan pendaki itu dan mengabaikan si preman penuh basa basi itu dan akhirnya merekapun pergi kabur saat melihat rombongan pendaki mulai berdatangan. 

akhirnya sekitar pukul 03.00 kami tiba di pos ranupani dan langsung melapor kepada petugas, setelah sampah yang kami bawa di letakan pada tempat yang disediakan kami bertiga makan bakso malang dengan harga Rp.5000/porsi dan minuh teh manis Rp. 2000/gelas di tempat yang berbeda. setelah itu beli-beli sovenir ala mahameru. Rombongan kami sudah kumpul semua berjumlah 9 orang, sebenarnya rombongan Ilham dari surabaya, kampala dan kami sudah sepakat untuk naik jeep bareng lagi sampe tumpang, bahkan di ranukumbolo pun Ilham mengajak bareng lagi untuk sekedar mengingatkan. Tapi setelah turun ternyata Ilham dan ke lima temannya memilih naik jeep bareng rombongan lain yang mungkin temannya. Jeep Rombongan mas Yohan baru 11 orang, sebenarnya kami bertiga bisa ikut dengan mas yohan, tapi aku dan kedua temanku lebih memilih bersama kampala, karena mereka sudah benar-benar kami anggap rombongan kami karena selalu siap siaga mem back-up kami. Akhirnya kamipun menyewa jeep untuk sembilan orang dengan harga Rp. 400.000,- .kamipun sempat berfoto-foto sebelum berangkat ke pasar tumpang.


Jeep kami melesat meninggalkan ranupani sekitar pukul 16.30 karena lama menunggu gery yang sedang  mandi. Abang supir kita kali ini masih muda dan gaul banget dandanannya bawa jeep nya pun spektakuler mantap, di tengah-tengah jalan sempet beli minuman di sebuah warung yang belakangan kamimketahui itu air tape hehe ciwa yang duduk di depan sempat merasakan minuman itu. Setelah kebut-kebutan sepanjang jalan akhirnya kami tiba di tumpang disambut dengan azan magrib.
My Great Adventure
Sesampainya ditumpang aku menghubungi Ayahku untuk kepastian kesiapan mess di kebunraya purwodadi, Pasuruan. Setelah mess sudah dipastikan siap disinggahi kamipun bersiap membeli sedikit keperluan di alfamart tumpang dan membeli nasi bungkus dipinggir jalan kemudian meluncur menuju mess dengan angkot menuju terminal arjosari dengan ongkos Rp.6000/orang dan dilanjut menggunakan Bison(semacam elf) dengan ongkos Rp.3000/orang namun carrier kita yang besar pun dihitung 1 orang karena makan tempat.
sebenarnya  messnya besar, ada 3 kamar masing-masing 2 bed bisa untuk menampung kami ber-9. namun karena saat masih dibogor Ayahku tau hanya bertiga yang berangkat maka ayahku terlanjur bilang untuk digunakan 3 orang. Akhirnya kami berpisah dengan kampala, mereka bergegas menuju kos kosan rekan mereka di Universitas Brawijaya.


Setibanya di kebun raya, mobil yang kami tumpangi berhenti di pintu utama kebun raya, sedangkan kami harus masuk melalui pintu kantor kebun raya yang jaraknya sekitar 100 m dari pintu utama, setelah berjalan dipinggir jalan raya kamipun masuk kedalam kantor dan disambut oleh pak Suwarno (semacam nama wakil direktur di kampusku) setelah itu pak suwarno mengantarkan kami menuju mess yang untungnya tidak jauh dari kantor. Sesampainya di mess, kami bersih-bersih, mandi, makan, dan minum teh yang alhamdulilah ternyata fasilitas messnya lumayan hehe ada tv, dispenser, disediakan kopi-teh-gula, dll, setelah kenyang kamipun tidur.... Yeaaaaaaaaaaaaaaa kasuuuuurrrrrrrrrr.....

bersambung....

Minggu, 16 September 2012

Mahameru - Ranukumbolo

Lanjutan dari Ini semeruku, mana semeru mu?semeruku bahagian 2 dan summit atack mahameru

masih di 30 Agustus 2012
Dinginnya suhu dipuncak membuat aku tak ingin berlama-lama berada disana, lagipula semakin siang semakin berbahaya berada di puncak karena angin berhembus ke jalur pendaki yang membawa racun dari jonggring saloka (nama keren'y wedusgembel semeru). Waktu menunjukan pukul 06.30 aku yang sudah puas berfoto-foto mengajak nunu untuk turun, tapi karena rombongan kampala masih kurang 1 yaitu ciwa dan camdig yang dibawa gery habis baterai akhirnya aku memutuskan menunggu ciwa (kasian juga kalo dia muncak tp ga ada dokumentasinya). Sambil menunggu aku melanjutkan mengabadikan keindahan yang ditampilkan sekeliling mahameru, 15-20 menit sekali terdengar suara gemuruh yang berakhir dengan letupan dari kawah semeru yang membuat semua orang yang ada dipuncak berlarian dengan sigap untuk berfoto dengan latar belakang kepulan wedus gembel semeru, akupun tak melewatkan momen ini. 
Jonggring Saloka
Akhirnya pukul 06.55 Ciwapun sampai di puncak semeru dengan wajah yang lesu, iapun langsung minta difotokan dibawah bendera kampala, namun sial bagi ciwa, baru saja dia berfose mahameru kembali bergemuruh dan menyemburkan asapnya. Hal itu sontak membuat saya dan semua beralih untuk berfoto dengan latar belakang jonggring saloka, ciwapun akhirnya ikut berlari mendekati kawah.

Ciwa dan kawan2
Waktu menunjukan pukul 07.00 aku dan nunu mulai berjalan meninggalkan mahameru, jalan yang dilalui sangat curam dan pijakan yang tak stabil, nunu yang sedikit phobia ketinggian sangat berhati-hati dalam melangkahkan kaki seperti balita yang sedang belajar berjalan. Sebelum turun aku berdiskusi dengan nunu mengenai Blank 75
"Nu lu udah baca-baca tentang blank 75 kan?, pokoknya lu jangan ambil jalan terlalu ke kenan, ambil kiri & kalo bisa jalan sesuai jalur nanjak td" ucapku.
"oke!" jawab nunu.

cukup asyik menuruni bukit pasir ini, akupun berlari kecil lalu memasang kuda-kuda seperti orang yang sedang bermain ice skating mengikuti gaya Hernatyo (Presenter JP Survival) yang kebetulan beberapa hari sebelum aku berangkat aku menyaksikan dia menuruni gunung ini juga. Awalnya aku tetap berada di jalur yang sama ketika naik, banyak pendaki yang masih berusaha berjuang menuju mahameru. 
"Ayo, semangat mas sedikit lg sampai" ucapku menyemangati pendaki lain,
"Semangat masih penuh mas, tenaganya yang udah kosong" jawabnya.



akupun berfoto sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Setelah 30 menit berjalan dari tempat berfoto, tepatnya pukul 08.00 masih ada pendaki yang berjalan menanjak dengan menderek seorang cewe menggunakan tali harness dengan wajah yang sudah tak bersemangat, 
"mereka terlalu memaksakan, jam 8 masih disini namun nekat terus nanjak walopun si cw udah lemah lunglai. dengan kondisi normal saja butuh 2 jam berjalan apa lg kayak gini?" ucapku dalam hati.
akupun kembali berjalan melalui jalur pendaki, namun setiap aku melangkah pasti debu langsung mengelilingi sekitar dan kadang batu terseret kaki dan menggelinding kebawah yang tentunya membahayakan orang lain. Saat itu aku melihat Dei berjalan turun dengan cepat lewat jalur kanan (tepatnya dibawah jalur pendakian) akupun masuk jalur kanan dan merasakan sedikit aman dan tidak membahayakan orang lain disini. Awas!, batu mam! batu!, akupun sontak menghindar dan menyelamatkan diri. rupanya suara tadi adalah suara Gebol rombongan kampala. Nunu pun tampak ada diatasku bersama mereka. karena ingat tentang Blank 75 akupun masuk kembali ke jalur tengah dengan bergeser sedikit ke kiri. Sedangkan kampala terus berjalan turun. Setelah melihat cemoro tunggal yang sudah tumbang rombongan kampala masuk kembali ke jalur menuju arcopodo dan sesampainya di batas vegetasi mereka melambai-lambaikan tangan kpd semua pendaki untuk menunjukan bahwa itu jalur menuju Arcopodo. sekitar pukul 08.30 aku sudah berada di dekat cemoro tunggal bersama rombongan kampala. Nunu belum terlihat mendekat, begitupun ciwa. kami ber-6 menunggu mereka disini. Beberapa meter di sebelah kiri kami (sebelah kanan dari atas) sudah ada beberapa pendaki (banyak kayaknya) yang berbeda sekitar 3 punggungan dengan kita. tampak seorang pria tampak kebingungan mencari jalan untuk menyebrangi 3 punggungan itu. Kami terus mencari keberadaan ciwa dan nunu dan akhirnya merekapun tampak mendekati kelompok pendaki dipunggungan sana. Sedikit lega dan was-was juga hampir saja mereka turun dijalan yang salah dan memasuki lembah di antah berantah. Akhirnya para pendaki yang berada disana melintasi 3 / lebih punggungan dengan hati-hati, setelah memastikan Nunu aman akupun berjalan menuju arcopodo untuk menemui Resti. Setelah 10 menit berjalan dari cemoro kandang, aku tiba di Arcopodo dan mendapati tenda yang di isi resty sudah kosong. Akhirnya akupun menunggu Nunu dan kampala di arcopodo setelah semua berkumpul di Arcopodo aku dan Nunu turun terlebih dahulu dari kampala, jalan kami sangat lambat menyerupai keong, siput. Kaki sudah takkaruan rasanya, jempol kaki terasa sakit karena harus terus mengerem saat main iceskating tadi. Akhirnya akupun melepaskan sepatu dan berjalan tanpa alas kaki. Pasir halus dijalur ini membuatku berasa berjalan dipantai. Namun baru beberapa langkah tanpa alas kaki, jleb! aku menginjak akar yang bersembunyi dibalik pasir. Untung saja akar tersebut tidak terlalu runcing dan akupun melanjutkan berlajan. Beberapa anak kampala sudah mendahului kami, debu yang dihasilkan oleh pendaki yang turun dengan berlari dasyat sekali masker dan kacamata mutlak dibutuhkan disini. Aku berjalan konstan tanpa berhenti walaupun lambat, semakin bawah jalan mulai berbatu dan akupun mengenakan sepatuku kembali karena sakit. Akhirnya pukul 9.20 aku melihat resty menungguku di sebuah jembatan yang menghubungkan jalur arcopodo dengan kalimati. Setelah sedikit berbincang dan mengeluarkan camera, akupun berjalan bersama resty sambil berfoto-foto.

  

Setelah berfoto kami segera berjalan menuju tenda. Waktu menunjukan pukul 10.00, sesampainya ditenda aku membuka lapisan terluar baju dan celanaku yang penuh debu semeru. Tidak lama kemudian nunupun tiba ditenda dan berganti pakaian,  perjalanan menuju puncak sangat menguras energi kami, akhirnya resty yang sudah melanjutkan tidur di Arcopodo memasakan aku dan nunu spaghetti, sedangkan aku langsung beristirahat didalam tenda. satujam berselang akupun bangun dan makananpun telah siap disantap, setelah membagi sedikit makanan kpd kampala, kamibertiga makan siang didalam tenda. Karena air sudah hampir habis, kami berniat mengambil air untuk perjalanan menuju Ranukumbolo, tp belum sempat kami beranjak satu jerigen air bersih mampir ditenda kami pemberian dari anak-anak kampala. Setelah itu acaranya adalah santai-santai, masak air buat diperjalanan dan beres-beres. 

sekitar pukul 2.30 kami sudah siap melanjutkan perjalanan, setelah pamit kpd kampala kamipun bergegas meninggalkan kalimati, inilah style kami saat itu:



Jalan konstan melewati turunan dan tanjakan, tidak terlalu cepat namun tidak lambat kami bertiga melangkah pasti meninggalkan kalimati, sesekali duduk bersantai dibawah rindangnya pohon. Tidak ada target harus cepat sampai, kami begitu menikmati perjalanan ini dengan sesekali berfoto-foto.

  
  
 
 
  

Setelah 2 jam perjalanan kami tiba di ranu kumbolo, sudah nampak beberapa tenda yang hendak bermalam disini, aku duduk sejenak di tanjakan cinta, menikmati lukisan alam yang sangat indah yang tak ternilai harganya.



Setibanya diranukumbolo aku mendirikan tenda, dan beres-beres, aku duduk diatas pohon yang tumbang diatas danau dan membersihkan kaki. setelah itu aku kembali ke tenda lalu menyalakan kompor dan parafin, malam itu terasa indah sekali ditemani full moon di ranukumbolo, aku berdua bersama resty duduk di depan api unggun kecil buatan kami menggunakan parafin dan sedikit sampah kering. telur rebus camilan kami berdua saat itu, tidak lupa secangkir kopi hangat. Setelah itu kami berdua memasak untuk makan malam, setelah masakan matang kami makan didalam tenda, resty lupa mematikan lilin yang emang sudah hampir habis, lagi asik-asiknya makan, tiba-tiba : 
"mba, hati-hati kebakaran apinya" terdengar suara mas-mas dari luar tenda
aku langsung bergegas keluar tenda dan memadamkan api, ternyata ponco yang tidak jauh dari lilin sudah terbakar.
setelah semua selesai diamankan kami semua beristirahat..

silahkan lanjut ke dari gunung turun ke kota 


Selasa, 11 September 2012

Summit Atack Mahameru (Semeru, Lumajang Jawa timur)

lanjutan dari Ini Semeruku, mana semeru mu? dan semeruku bahagian 2 .

Masih pada hari Rabu 29 Agustus 2012
pukul  22.00 aku terbangun dan langsung keluar dari tenda tidak peduli suhu saat itu berapa derajat. Kuambil sebatang korek dan kemudian menyalakan sebilah parafin untuk menghangatkan badan. Kunyalakan kompor spirtus untuk memasak air terlebih dahulu, beberapa menit kemudian Nunu keluar tenda dan mulai memasak bersamaku. Duduk didepan kompor ditemani secangkir minuman hangat cukup menjaga stabilitas tubuh hingga akhirnya Pukul 23.00 masakan telah siap disantap dan akupun membangunkan resti untuk makan bersama. Setelah semua mengisi perut seadanya kami mulai membereskan tenda dan bersiap melakukan Summit atack, aku menambah lagi lapisan pakaianku dengan raincoat yang ku bawa untuk menahan tiupan angin yang semakin kencang. Pada pukul 23.50 kami bertiga telah siap dan berjalan menuju tenda kampala yang tidak jauh dari tenda kami. Setelah semua siap kamipun berdo'a bersama demi keselamatan kami. Akhirnya tepat pukul 00.00 kami ber-9 memulai summit atack menuju puncak abadi para dewa.

Kamis 30 Agustus 2012
Pukul 00.05 kami telah berada dititik awal pendakian menuju arcopodo setelah melalui jalan menurun dari areal kalimati dan memasuki hutan arcopodo, medan disini berupa jalan setapak yang hanya bisa dilalui oleh satu orang dengan akar-akar pohon seperti jalur gunung putri. Kami berjalan beriringan bersama rombongan lain yang hendak menuju mahameru. Ditengah perjalanan Resty yang berjalan didepanku sudah mulai lunglai, akhirnya aku dan resty beristirahat dan mempersilahkan rombongan yang lain berjalan terlebih dahulu. Entah mengapa resty kehilangan semangat untuk menggapai mahameru, ia malah ingin turun kembali menuju kalimati. Dari posisi aku dan resty berdiri membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk mencapai kalimati sedangkan arcopodo masih belum terlihat diatas. Akupun terus menyemangati resty agar terus melanjutkan perjalanan setidaknya hingga Arcopodo. Jalan yang tadinya ramai sekali kini hanya menyisakan Aku dan Resty dijalur ini. Aku terus memberi semangat dan terus berjalan sambil menarik resty dan kadang mendorongnya dari belakang agar terus melangkah. Akhirnya tepat pukul 01.00 kami berada di Arcopodo, terlihat disana nunu dan rombongan kampala sedang menunggu kami. Saat itu aku terus berusaha membujuk resty untuk melanjutkan perjalanan semampunya, tp ia tetap tidak ingin melanjutkan perjalanan karena tidak yakin dengan fisiknya. Akupun sempat berfikir untuk menyudahi perjalanan ini dan menemani resty kembali ke kalimati. Namun perbincangan kemarin ditenda terus terngiang agar ada salah satu dari kita bisa mencapai puncak. Kebetulan sekali tenda pertama yang saya jumpai adalah tenda 2 turis lokal dengan bapak porter yang kemarin jalan dan berbincang bersamaku di cemoro kandang, akhirnya setelah berbincang-bincang Mba turis mempersilahkan resty untuk beristirahat didalam tendanya, dan dengan berat hati akupun melanjutkan perjalanan dengan meninggalkan Resty di Arcopodo.

Jalan semakin sempit, jurang menganga lebar, kami terus berjalan beriringan dengan para pendaki yang melakukan summit atack. hanya cahaya head lamp yang terlihat berjejer rapi seperti barisan mobil yang terkena macet di jakarta. Namun lama kelamaan seiring daya tahan fisik seseorang yang berbeda-beda jarak parapendaki mulai berjauhan, aku berada tidak jauh dari nunu saat itu. Aku yang jalan terlebih dahulu selalu berhenti untuk memastikan keberadaan nunu masih dekat denganku. Waktu menunjukan pukul 03.05 dinihari, setelah beberapa lama jalan bersama aku memutuskan untuk beristirahat lebih lama dibanding nunu. "Selow aja nu, Percuma cepat-cepat sampai puncak disana maungapain masih gelap gini? bisa kedinginan nunggu sunrise diatas. gw target sampe sana jam setengan enam" ucapku kpd Nunu. setelah itu nunu berjalan terlebih dahulu sedangkan aku mengeluarkan SLR dari dalam tasku dan mencoba memotret. namun karena masih gelap, aku tidak bisa mendapatkan pemandangan apa-apa hanya ini yang ku dapat: 
Cahaya headlamp pendaki yg masih di bawah
Dari jaketnya itu seperti sikembar dea-dei
Tampak full moon dibelakang org itu
Udara semakin dingin akupun melanjutkan perjalanan menuju mahameru, sempat terkaget melihat pendaki yang berada sejajar dengan saya namun berbeda punggungan. heran karena dia mendaki tidak dijalur yang seharusnya tapi akhirnya aku tersadar bahwa itu adalah bayangan diriku sendiri yang dihasilkan oleh cahaya bulan yang menerangi langkahku.

Jalan semakin terjal, aku sudah mendahului Nunu yang sudah terlihat kecapean, kali ini aku sudah tidak berani beristirahat terlalu lama, karena suhu yang semkin dingin dan tubuh yang semakin lelah, sering kali membuat raga ini terpejam sesaat tanpa disadari. Menyadari bahaya dari gejala tersebut aku terus berjalan dan mulai meminimalkan besistirahat sambil duduk, aku terus melangkah dan kadang hanya diam berdiri untuk menghela nafas. Pendaki dibelakangku mulai tidak terlihat, aku semakin jauh dengan mereka. Kupandang terus keatas tak nampak cahaya headlamp dari pendaki yang berada di atas. Jalan semakin terjal, pasir, debu dan suhu mulai tidak bersahabat. Seakan berdiri sendiri di tengah-tengah ganasnya alam. Tak ada orang yang bisa kulihat di depan ataupun dibelakang, pijakan tak menjaminku bisa berdiri tegak, tangan yang harus membantuku bergerak, terus merangkak dan kadang berteriak, memastikan keberadaan seseorang didepan sana. Jurang disamping kanan dan kiri tempatku berpijak seakan menunggu korban untuk menambah nisan yang berada sepanjang jalur pendakian. Nyali mulai menciut, tak ada tanda-tanda aku telah mendekati puncak. Langkah kaki mulai melemah, seketika saat itu aku berlutut diatas pasir menuju mahameru. "Ya Allah, Lindungi aku dan kawanku. Hidup dan matiku ku Ikhlaskan kepadamu" kata-kata itu keluar dari hatiku seakan pasrah dan menyerah dengan keadaan.  Akupun teringat kutipan dalam buku 5 cm yang kurang lebih seperti ini :


Taruh puncak itu di depan kita, dan jangan lepaskan!
Yang kita perlukan adalah kaki yang berjalan lebih jauh, dan tangan yang berbuat lebih banyak
Leher yang akan lebih sering melihat ke atas
Mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya
Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja
Hati yang akan bekerja lebih keras
Serta mulut yang akan selalu berdoa.

Dan setiap kali impian dan cita-cita muncul, letakkan di depan kening kita,
Jangan menempel, biarkan menggantung 5 cm di depan kening,
Supaya tidak terlepas dari mata kita.
Dan yang bisa dilakukan seorang manusia terhadap mimpi dan keyakinannya adalah…
Ia hanya tinggal mempercayainya


seketika tenagaku kembali terisi, akupun melanjutkan perjalanan yang berat ini. setelah beberapa jam berjalan, aku mulai menemukan pendaki yang sedang duduk letih diantara bebatuan. "Mas masih punya Air?" sapa dia kepadaku yang baru datang. "Ada mas" jawabku dan langsung memberikan botol Airku dan sepotong cokelat yang kubawa. Setelah itu akupun melanjutkan perjalanan kembali, garis kuning semu orange dan merah mulai timbul di ufuk timur. waktu menunjukan pukul 05.00 aku terdiam dan memandangi cahaya itu. Puncak yang tak kunjung terlihat membuatku sempat ingin menyudahi pendakian sampai sini. Sepertinya aku takkan melihat sunrise dari puncak mahameru. Akupun terdiam dan duduk dibalik batu untuk menghindari angin kencang, tenaga sudah habis semangat menurun drastis. Perut terasa mual, entah karena masuk angin atau gara-gara Air rebusan berasal dari sumber mani yang ku bawa.

Pendakian selesai, yap aku harus turun dan menyudahi pendakian ini. Tapi aku kembali teringat percakapan kami ber-3 di dalam tenda, harus ada setidaknya 1 orang dari kita yang sampai puncak, sebenarnya aku tidak ingin memaksakan tapi aku kembali berfikir untuk turun kebawah sepertinya lebih jauh daripada berjalan terus menuju puncak. "Istirahat!", ya itu yang aku butuhkan sekarang. Akupun beristirahat dan memakan makanan ringan yang aku bawa.


menatap, jalan setapak

bertanya - tanya sampaikapan berakhir


Lirik lagu itu terdengar sayup-sayup dari arah depanku. Ternyata ada seorang pendaki yang beristirahat tepat dibalik batu tempat ku beristirahat. Lagu Dewa 19 itu menghipnotis aku untuk terus berjuang menuju Mahameru. Tenaga kembali terkumpul setelah mereguk madu dan memakan beberapa potong cokelat pukul 05.10 akupun kembali melanjutkan langkah menuju puncak dengan sedikit berlari. Ya, dengan berjalan 3 langkah aku kehilangan 1 langkah karena mundur seiring pijakan yang labil, sedangkan dengan berlari aku bisa mencapai 6 langkah maju dan 1 langkah mundur. walau harus sering berhenti menghela nafas tp cara itu cukup efektif untuk dilakukan. Akhirnya puncak mulai terlihat Gery salah seorang rombongan kampala terlihat sedang duduk dibalik batu yang ternyata kehabisan minum juga. Akhirnya setelah memberikan gery minum aku kembali berjalan setengah berlari menggapai mahameru. Tepat pukul 05.30 Akupun berhasil melihat bendera merah-putih yang berkibar diterpa angin. Refleks akupun menangis dan bersujud, bersyukur kepada tuhan karena telah memberikan tenaga lebih kepadaku. "Maha besar Allah atas segala kuasanya"

Mahameru
  




Diatas puncak sana aku terpesona oleh indahnya lukisan alam disekelilingku, aku menyadari bahwa aku telah memijaki titik tertinggi dipulau jawa, aku berada pada dunia diatas awan yang mempesona. Kegiatan diatas sana ku isi dengan Shalat subuh, makan makanan ringan dan berfoto-foto. tigapuluh menit berselang, tidak kuduga ternyata Nunu pun berhasil menggapai puncak, tepat pukul 06.00 ia tiba di puncak Semeru.






resty
buat resty
rombongan kampala


Bersambung ke mahameru-ranukumbolo