Masih pada hari Rabu 29 Agustus 2012
pukul 22.00 aku terbangun dan langsung keluar dari tenda tidak peduli suhu saat itu berapa derajat. Kuambil sebatang korek dan kemudian menyalakan sebilah parafin untuk menghangatkan badan. Kunyalakan kompor spirtus untuk memasak air terlebih dahulu, beberapa menit kemudian Nunu keluar tenda dan mulai memasak bersamaku. Duduk didepan kompor ditemani secangkir minuman hangat cukup menjaga stabilitas tubuh hingga akhirnya Pukul 23.00 masakan telah siap disantap dan akupun membangunkan resti untuk makan bersama. Setelah semua mengisi perut seadanya kami mulai membereskan tenda dan bersiap melakukan Summit atack, aku menambah lagi lapisan pakaianku dengan raincoat yang ku bawa untuk menahan tiupan angin yang semakin kencang. Pada pukul 23.50 kami bertiga telah siap dan berjalan menuju tenda kampala yang tidak jauh dari tenda kami. Setelah semua siap kamipun berdo'a bersama demi keselamatan kami. Akhirnya tepat pukul 00.00 kami ber-9 memulai summit atack menuju puncak abadi para dewa.
Kamis 30 Agustus 2012
Pukul 00.05 kami telah berada dititik awal pendakian menuju arcopodo setelah melalui jalan menurun dari areal kalimati dan memasuki hutan arcopodo, medan disini berupa jalan setapak yang hanya bisa dilalui oleh satu orang dengan akar-akar pohon seperti jalur gunung putri. Kami berjalan beriringan bersama rombongan lain yang hendak menuju mahameru. Ditengah perjalanan Resty yang berjalan didepanku sudah mulai lunglai, akhirnya aku dan resty beristirahat dan mempersilahkan rombongan yang lain berjalan terlebih dahulu. Entah mengapa resty kehilangan semangat untuk menggapai mahameru, ia malah ingin turun kembali menuju kalimati. Dari posisi aku dan resty berdiri membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk mencapai kalimati sedangkan arcopodo masih belum terlihat diatas. Akupun terus menyemangati resty agar terus melanjutkan perjalanan setidaknya hingga Arcopodo. Jalan yang tadinya ramai sekali kini hanya menyisakan Aku dan Resty dijalur ini. Aku terus memberi semangat dan terus berjalan sambil menarik resty dan kadang mendorongnya dari belakang agar terus melangkah. Akhirnya tepat pukul 01.00 kami berada di Arcopodo, terlihat disana nunu dan rombongan kampala sedang menunggu kami. Saat itu aku terus berusaha membujuk resty untuk melanjutkan perjalanan semampunya, tp ia tetap tidak ingin melanjutkan perjalanan karena tidak yakin dengan fisiknya. Akupun sempat berfikir untuk menyudahi perjalanan ini dan menemani resty kembali ke kalimati. Namun perbincangan kemarin ditenda terus terngiang agar ada salah satu dari kita bisa mencapai puncak. Kebetulan sekali tenda pertama yang saya jumpai adalah tenda 2 turis lokal dengan bapak porter yang kemarin jalan dan berbincang bersamaku di cemoro kandang, akhirnya setelah berbincang-bincang Mba turis mempersilahkan resty untuk beristirahat didalam tendanya, dan dengan berat hati akupun melanjutkan perjalanan dengan meninggalkan Resty di Arcopodo.
Jalan semakin sempit, jurang menganga lebar, kami terus berjalan beriringan dengan para pendaki yang melakukan summit atack. hanya cahaya head lamp yang terlihat berjejer rapi seperti barisan mobil yang terkena macet di jakarta. Namun lama kelamaan seiring daya tahan fisik seseorang yang berbeda-beda jarak parapendaki mulai berjauhan, aku berada tidak jauh dari nunu saat itu. Aku yang jalan terlebih dahulu selalu berhenti untuk memastikan keberadaan nunu masih dekat denganku. Waktu menunjukan pukul 03.05 dinihari, setelah beberapa lama jalan bersama aku memutuskan untuk beristirahat lebih lama dibanding nunu. "Selow aja nu, Percuma cepat-cepat sampai puncak disana maungapain masih gelap gini? bisa kedinginan nunggu sunrise diatas. gw target sampe sana jam setengan enam" ucapku kpd Nunu. setelah itu nunu berjalan terlebih dahulu sedangkan aku mengeluarkan SLR dari dalam tasku dan mencoba memotret. namun karena masih gelap, aku tidak bisa mendapatkan pemandangan apa-apa hanya ini yang ku dapat:
Jalan semakin sempit, jurang menganga lebar, kami terus berjalan beriringan dengan para pendaki yang melakukan summit atack. hanya cahaya head lamp yang terlihat berjejer rapi seperti barisan mobil yang terkena macet di jakarta. Namun lama kelamaan seiring daya tahan fisik seseorang yang berbeda-beda jarak parapendaki mulai berjauhan, aku berada tidak jauh dari nunu saat itu. Aku yang jalan terlebih dahulu selalu berhenti untuk memastikan keberadaan nunu masih dekat denganku. Waktu menunjukan pukul 03.05 dinihari, setelah beberapa lama jalan bersama aku memutuskan untuk beristirahat lebih lama dibanding nunu. "Selow aja nu, Percuma cepat-cepat sampai puncak disana maungapain masih gelap gini? bisa kedinginan nunggu sunrise diatas. gw target sampe sana jam setengan enam" ucapku kpd Nunu. setelah itu nunu berjalan terlebih dahulu sedangkan aku mengeluarkan SLR dari dalam tasku dan mencoba memotret. namun karena masih gelap, aku tidak bisa mendapatkan pemandangan apa-apa hanya ini yang ku dapat:
Cahaya headlamp pendaki yg masih di bawah |
Dari jaketnya itu seperti sikembar dea-dei |
Tampak full moon dibelakang org itu |
Udara semakin dingin akupun melanjutkan perjalanan menuju mahameru, sempat terkaget melihat pendaki yang berada sejajar dengan saya namun berbeda punggungan. heran karena dia mendaki tidak dijalur yang seharusnya tapi akhirnya aku tersadar bahwa itu adalah bayangan diriku sendiri yang dihasilkan oleh cahaya bulan yang menerangi langkahku.
Jalan semakin terjal, aku sudah mendahului Nunu yang sudah terlihat kecapean, kali ini aku sudah tidak berani beristirahat terlalu lama, karena suhu yang semkin dingin dan tubuh yang semakin lelah, sering kali membuat raga ini terpejam sesaat tanpa disadari. Menyadari bahaya dari gejala tersebut aku terus berjalan dan mulai meminimalkan besistirahat sambil duduk, aku terus melangkah dan kadang hanya diam berdiri untuk menghela nafas. Pendaki dibelakangku mulai tidak terlihat, aku semakin jauh dengan mereka. Kupandang terus keatas tak nampak cahaya headlamp dari pendaki yang berada di atas. Jalan semakin terjal, pasir, debu dan suhu mulai tidak bersahabat. Seakan berdiri sendiri di tengah-tengah ganasnya alam. Tak ada orang yang bisa kulihat di depan ataupun dibelakang, pijakan tak menjaminku bisa berdiri tegak, tangan yang harus membantuku bergerak, terus merangkak dan kadang berteriak, memastikan keberadaan seseorang didepan sana. Jurang disamping kanan dan kiri tempatku berpijak seakan menunggu korban untuk menambah nisan yang berada sepanjang jalur pendakian. Nyali mulai menciut, tak ada tanda-tanda aku telah mendekati puncak. Langkah kaki mulai melemah, seketika saat itu aku berlutut diatas pasir menuju mahameru. "Ya Allah, Lindungi aku dan kawanku. Hidup dan matiku ku Ikhlaskan kepadamu" kata-kata itu keluar dari hatiku seakan pasrah dan menyerah dengan keadaan. Akupun teringat kutipan dalam buku 5 cm yang kurang lebih seperti ini :
Taruh puncak itu di depan kita, dan jangan lepaskan!
Yang kita perlukan adalah kaki yang berjalan lebih jauh, dan tangan yang berbuat lebih banyak
Leher yang akan lebih sering melihat ke atas
Mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya
Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja
Hati yang akan bekerja lebih keras
Serta mulut yang akan selalu berdoa.
Dan setiap kali impian dan cita-cita muncul, letakkan di depan kening kita,
Jangan menempel, biarkan menggantung 5 cm di depan kening,
Supaya tidak terlepas dari mata kita.
Dan yang bisa dilakukan seorang manusia terhadap mimpi dan keyakinannya adalah…
Ia hanya tinggal mempercayainya
seketika tenagaku kembali terisi, akupun melanjutkan perjalanan yang berat ini. setelah beberapa jam berjalan, aku mulai menemukan pendaki yang sedang duduk letih diantara bebatuan. "Mas masih punya Air?" sapa dia kepadaku yang baru datang. "Ada mas" jawabku dan langsung memberikan botol Airku dan sepotong cokelat yang kubawa. Setelah itu akupun melanjutkan perjalanan kembali, garis kuning semu orange dan merah mulai timbul di ufuk timur. waktu menunjukan pukul 05.00 aku terdiam dan memandangi cahaya itu. Puncak yang tak kunjung terlihat membuatku sempat ingin menyudahi pendakian sampai sini. Sepertinya aku takkan melihat sunrise dari puncak mahameru. Akupun terdiam dan duduk dibalik batu untuk menghindari angin kencang, tenaga sudah habis semangat menurun drastis. Perut terasa mual, entah karena masuk angin atau gara-gara Air rebusan berasal dari sumber mani yang ku bawa.
Pendakian selesai, yap aku harus turun dan menyudahi pendakian ini. Tapi aku kembali teringat percakapan kami ber-3 di dalam tenda, harus ada setidaknya 1 orang dari kita yang sampai puncak, sebenarnya aku tidak ingin memaksakan tapi aku kembali berfikir untuk turun kebawah sepertinya lebih jauh daripada berjalan terus menuju puncak. "Istirahat!", ya itu yang aku butuhkan sekarang. Akupun beristirahat dan memakan makanan ringan yang aku bawa.
Bersambung ke mahameru-ranukumbolo
Pendakian selesai, yap aku harus turun dan menyudahi pendakian ini. Tapi aku kembali teringat percakapan kami ber-3 di dalam tenda, harus ada setidaknya 1 orang dari kita yang sampai puncak, sebenarnya aku tidak ingin memaksakan tapi aku kembali berfikir untuk turun kebawah sepertinya lebih jauh daripada berjalan terus menuju puncak. "Istirahat!", ya itu yang aku butuhkan sekarang. Akupun beristirahat dan memakan makanan ringan yang aku bawa.
menatap, jalan setapak
bertanya - tanya sampaikapan berakhir
Lirik lagu itu terdengar sayup-sayup dari arah depanku. Ternyata ada seorang pendaki yang beristirahat tepat dibalik batu tempat ku beristirahat. Lagu Dewa 19 itu menghipnotis aku untuk terus berjuang menuju Mahameru. Tenaga kembali terkumpul setelah mereguk madu dan memakan beberapa potong cokelat pukul 05.10 akupun kembali melanjutkan langkah menuju puncak dengan sedikit berlari. Ya, dengan berjalan 3 langkah aku kehilangan 1 langkah karena mundur seiring pijakan yang labil, sedangkan dengan berlari aku bisa mencapai 6 langkah maju dan 1 langkah mundur. walau harus sering berhenti menghela nafas tp cara itu cukup efektif untuk dilakukan. Akhirnya puncak mulai terlihat Gery salah seorang rombongan kampala terlihat sedang duduk dibalik batu yang ternyata kehabisan minum juga. Akhirnya setelah memberikan gery minum aku kembali berjalan setengah berlari menggapai mahameru. Tepat pukul 05.30 Akupun berhasil melihat bendera merah-putih yang berkibar diterpa angin. Refleks akupun menangis dan bersujud, bersyukur kepada tuhan karena telah memberikan tenaga lebih kepadaku. "Maha besar Allah atas segala kuasanya"
Mahameru |
Diatas puncak sana aku terpesona oleh indahnya lukisan alam disekelilingku, aku menyadari bahwa aku telah memijaki titik tertinggi dipulau jawa, aku berada pada dunia diatas awan yang mempesona. Kegiatan diatas sana ku isi dengan Shalat subuh, makan makanan ringan dan berfoto-foto. tigapuluh menit berselang, tidak kuduga ternyata Nunu pun berhasil menggapai puncak, tepat pukul 06.00 ia tiba di puncak Semeru.
resty |
buat resty |
rombongan kampala |
Bersambung ke mahameru-ranukumbolo
aahhh.. keren nih!!
BalasHapuskeren apanya nih? ceritanya, fotonya, apa pemilik blognya? hehe
BalasHapus